Kamis, 26 September 2013


TUHAN TAHU YANG TERBAIK
Salam kenal, namaku Antoni Ahmat, tapi aku lebih sering dipanggil Anton. Aku ingin menceritakan sebuah kisah yang menurutku sangat inspiratif, bermakna dan hikmahnya sangat dalam. Ini kisah tentang kedua orang tuaku yang ingin sekali melihat Ka’bah. Memang sejak kecil aku selalu mendoakan agar kelak kedua orang tuaku bisa pergi haji. Dahulu kuanggap itu hanyalah sekedar mimpi, karena kehidupan kami waktu itu sangat susah. Jangankan untuk pergi haji, untuk makan sehari-hari saja kita harus menunggu bapakku pulang membawa pulang makanan yang dibeli dari hasil berjualan sepatu di Glodok. Kondisi semakin memprihatinkan ketika kawasan Glodok harus digusur dan akibatnya bapakku kehilangan tempat untuk berdagang.
            Hampir satu tahun kami hidup sangat memprihatinkan. Sampai akhirnya Tuhan menunjukkan jalan-Nya. Bapakku diajak untuk membuka uisaha di Papua. Diawali dengan menjadi pegawai temannya, beliau menyimpan uang sedikit demi sedikit untuk modal usaha kelak. Selang dua tahun akhirnya perlahan hidup kami mulai membaik. Bapak sudah bisa memiliki toko sendiri, walaupun itu masih sewa. Namun itu sudah sangat hebat menurutku. Singkat cerita, kehidupan kamipun mulai berubah. Hidup kami lebih berkecukupan.
Sebagai rasa syukur kami kami atas apa yang telah Tuhan berikan, kedua orang tuaku berniat mewujudkan impiannya untuk pergi umroh. Mereka memilih umroh karena melihat kuota haji yang sudah penuh sampai lima hingga tujuh tahun ke depan. Kata ibuku, “yang penting niatnya untuk ke rumah Allah, semoga Allah meridhoi”. Selain itu mengingat kondisi ibuku yang sudah tidak lagi sesehat dulu menjadi pertimbangan yang lain, takut umurnya tak sampai nanti, begitu sih kata ibuku.
            Tepat April lalu kami mengurus keberangkatan kedua orang tuaku ke Tanah Suci. Kami sadar bahwa langkah menuju Ka’bah tidaklah mudah. Banyak sekali hambatan yang kami hadapi, terutama saat pembuatan passport. Segalamya begitu diperumit. Namun sepertinya karena tekad yang kuat dari kedua orang tuaku, terutama ibuku, akhirnya kami dapat melewatinya. Akhirnya orang tuaku mendapatkan passport dua minggu sebelum keberangkatan ke Tanah Suci.
            Namun sepertinya Tuhan masih ingin tahu sebesar apa keinginan kedua orang tuaku untuk pergi umroh. Sepuluh hari menjelang keberangkatan umroh yaitu tanggal 27 Juni 2013, ibuku tiba-tiba terkena vertigo dan harus dirawat di rumah sakit. Padahal sudah tiga tahun lamanya ibuku tidak lagi mengalami sakit kepala, apalagi vertigo. Saat itu sempat kukatakan pada ibuku untuk menunda kepergian umrohnya dahulu, tunggu sampai ibuku benar-benar sembuh. Namun ibuku tetap kukuh pada pendiriannya untuk tetap berangkat umroh. Ibuku bilang kalau ini adalah bentuk ujian dari Tuhan bagi kami semua. Tuhan ingin tahu seberapa besar keinginan untuk pergi ke Tanah Suci.
            Akhirnya waktu telah mendekati hari keberangkatan, namun ibuku belum juga sembuh. Alhasil orang tuaku tidak dapat ikut rombongan umroh yang telah dijadwalkan sebelumnya. Bapakpun menelepon biro perjalanan umroh kalau beliau dan ibuku tidak dapat ikut rombongan umroh akhir Juni lalu. Dari hasil telepon bapak dengan biro perjalanan haji itu, kami mendapat berita yang sangat membahagiakan. Merinding rasanya mendengar kabar dari biro perjalanan haji itu. Dia mengatakan kalau masih ada rombongan keberangkatan ke Tanah Suci dalam waktu dekat ini, dan waktu itu jatuh pada bulan suci Ramadhan. Dia mengatakan kalau sesungguhnya orang tuaku sangat beruntung bisa berangkat umroh tepat saat bulan Ramadhan, dimana banyak orang yang ingin mendapat kesempatan itu.
            Mendengar kabar gembira itu, tak ayal membuat kami sangat bersyukur. Sujud syukurpun kami panjatkan atas anugerah ini. Mungkin inilah hikmah dibalik rentetan kejadian yang mengiringi rencana keberangkatan umroh orang tuaku. Tuhan memberikan sakit kepada ibuku agar orang tuaku menunda keberangkatannya sampai bertemu bulan Ramadhan. Tuhan memberikan anugerah yang lebih indah dari yang kami inginkan. Tak henti-hentiya kami mengucapkan syukur kepada Tuhan atas segala yang telah Tuhan berikan.
            Menjelang keberangkatan tanggal 8 Juli 2013, ibuku sudah sembuh dari penyakit. Ini seperti mukjizat dari Tuhan! Akhirnya orang tuaku jadi berangkat umroh sesuai waktu yang telah dijadwalkan ulang. Tampak wajah kedua orang tuaku begitu berseri-seri dan sumringah ketika berangkat ke bandara. Mereka tampak sangat bahagia karena keinginannya selama ini dapat terkabul. Kami sekeluarga mengantarkan kepergian mereka dengan diiringi doa yang tak ada putusnya, berdoa semoga mereka diberi kelancaran selama menjalani umroh di Tanah Suci.
            Selama menjalani umroh, orang tuaku selalu memberitahukan kabar mereka selama di sana. Setiap telepon dan pesan singkat yang dikirim tersirat kebahagiaan yang tiada tara. Ibuku tak kuasa menahan tangis haru karena diberi kesempatan menginjakkan kaki di Tanah Para Nabi. Selama di sana bapak dan ibuku dimudahkan dalam menjalankan ibadah umroh. Satu hal yang membuatku takjub ialah, ibuku bisa makan nasi di sana. Padahal sudah tiga tahun lamanya ibuku tidah makan nasi lagi karena beliau mengidap diabetes mellitus dan kalau mencoba untuk makan nasi, pasti ibuku akan muntah-muntah. Sungguh ini merupakan mukjizat dan berkah dari Tuhan.
            Besok kedua orang tuaku akan kembali ke Tanah Air, yakni tanggal 17 Juli 2013. Tak sabar rasanya aku ingin menyambut kedatangan mereka. Aku juga tak sabar mendengarkan kisah-kisah indah yang telah terukir selama menjalankan ibadah umroh. Terima kasih Tuhan atas anugerah yang telah Kau berikan. Engkau selalu memberikan apa yang kami butuhkan, bukan yang kami inginkan, karena hanya Engkau-lah yang tahu apa yang terbaik bagi umat-Nya. Subhanallah…..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar