TUHAN
TAHU YANG TERBAIK
Salam kenal, namaku Antoni Ahmat, tapi aku lebih
sering dipanggil Anton. Aku ingin menceritakan sebuah kisah yang menurutku
sangat inspiratif, bermakna dan hikmahnya sangat dalam. Ini kisah tentang kedua
orang tuaku yang ingin sekali melihat Ka’bah. Memang sejak kecil aku selalu
mendoakan agar kelak kedua orang tuaku bisa pergi haji. Dahulu kuanggap itu
hanyalah sekedar mimpi, karena kehidupan kami waktu itu sangat susah. Jangankan
untuk pergi haji, untuk makan sehari-hari saja kita harus menunggu bapakku
pulang membawa pulang makanan yang dibeli dari hasil berjualan sepatu di
Glodok. Kondisi semakin memprihatinkan ketika kawasan Glodok harus digusur dan
akibatnya bapakku kehilangan tempat untuk berdagang.
Hampir
satu tahun kami hidup sangat memprihatinkan. Sampai akhirnya Tuhan menunjukkan
jalan-Nya. Bapakku diajak untuk membuka uisaha di Papua. Diawali dengan menjadi
pegawai temannya, beliau menyimpan uang sedikit demi sedikit untuk modal usaha
kelak. Selang dua tahun akhirnya perlahan hidup kami mulai membaik. Bapak sudah
bisa memiliki toko sendiri, walaupun itu masih sewa. Namun itu sudah sangat
hebat menurutku. Singkat cerita, kehidupan kamipun mulai berubah. Hidup kami
lebih berkecukupan.
Sebagai rasa syukur kami kami atas apa yang telah
Tuhan berikan, kedua orang tuaku berniat mewujudkan impiannya untuk pergi umroh.
Mereka memilih umroh karena melihat kuota haji yang sudah penuh sampai lima
hingga tujuh tahun ke depan. Kata ibuku, “yang penting niatnya untuk ke rumah
Allah, semoga Allah meridhoi”. Selain itu mengingat kondisi ibuku yang sudah
tidak lagi sesehat dulu menjadi pertimbangan yang lain, takut umurnya tak
sampai nanti, begitu sih kata ibuku.
Tepat
April lalu kami mengurus keberangkatan kedua orang tuaku ke Tanah Suci. Kami sadar
bahwa langkah menuju Ka’bah tidaklah mudah. Banyak sekali hambatan yang kami
hadapi, terutama saat pembuatan passport.
Segalamya begitu diperumit. Namun sepertinya karena tekad yang kuat dari kedua
orang tuaku, terutama ibuku, akhirnya kami dapat melewatinya. Akhirnya orang
tuaku mendapatkan passport dua minggu
sebelum keberangkatan ke Tanah Suci.
Namun
sepertinya Tuhan masih ingin tahu sebesar apa keinginan kedua orang tuaku untuk
pergi umroh. Sepuluh hari menjelang keberangkatan umroh yaitu tanggal 27 Juni
2013, ibuku tiba-tiba terkena vertigo dan harus dirawat di rumah sakit. Padahal
sudah tiga tahun lamanya ibuku tidak lagi mengalami sakit kepala, apalagi
vertigo. Saat itu sempat kukatakan pada ibuku untuk menunda kepergian umrohnya
dahulu, tunggu sampai ibuku benar-benar sembuh. Namun ibuku tetap kukuh pada
pendiriannya untuk tetap berangkat umroh. Ibuku bilang kalau ini adalah bentuk
ujian dari Tuhan bagi kami semua. Tuhan ingin tahu seberapa besar keinginan
untuk pergi ke Tanah Suci.
Akhirnya
waktu telah mendekati hari keberangkatan, namun ibuku belum juga sembuh.
Alhasil orang tuaku tidak dapat ikut rombongan umroh yang telah dijadwalkan
sebelumnya. Bapakpun menelepon biro perjalanan umroh kalau beliau dan ibuku
tidak dapat ikut rombongan umroh akhir Juni lalu. Dari hasil telepon bapak
dengan biro perjalanan haji itu, kami mendapat berita yang sangat
membahagiakan. Merinding rasanya mendengar kabar dari biro perjalanan haji itu.
Dia mengatakan kalau masih ada rombongan keberangkatan ke Tanah Suci dalam
waktu dekat ini, dan waktu itu jatuh pada bulan suci Ramadhan. Dia mengatakan
kalau sesungguhnya orang tuaku sangat beruntung bisa berangkat umroh tepat saat
bulan Ramadhan, dimana banyak orang yang ingin mendapat kesempatan itu.
Mendengar
kabar gembira itu, tak ayal membuat kami sangat bersyukur. Sujud syukurpun kami
panjatkan atas anugerah ini. Mungkin inilah hikmah dibalik rentetan kejadian
yang mengiringi rencana keberangkatan umroh orang tuaku. Tuhan memberikan sakit
kepada ibuku agar orang tuaku menunda keberangkatannya sampai bertemu bulan
Ramadhan. Tuhan memberikan anugerah yang lebih indah dari yang kami inginkan.
Tak henti-hentiya kami mengucapkan syukur kepada Tuhan atas segala yang telah
Tuhan berikan.
Menjelang
keberangkatan tanggal 8 Juli 2013, ibuku sudah sembuh dari penyakit. Ini
seperti mukjizat dari Tuhan! Akhirnya orang tuaku jadi berangkat umroh sesuai
waktu yang telah dijadwalkan ulang. Tampak wajah kedua orang tuaku begitu
berseri-seri dan sumringah ketika berangkat ke bandara. Mereka tampak sangat
bahagia karena keinginannya selama ini dapat terkabul. Kami sekeluarga
mengantarkan kepergian mereka dengan diiringi doa yang tak ada putusnya, berdoa
semoga mereka diberi kelancaran selama menjalani umroh di Tanah Suci.
Selama
menjalani umroh, orang tuaku selalu memberitahukan kabar mereka selama di sana.
Setiap telepon dan pesan singkat yang dikirim tersirat kebahagiaan yang tiada
tara. Ibuku tak kuasa menahan tangis haru karena diberi kesempatan menginjakkan
kaki di Tanah Para Nabi. Selama di sana bapak dan ibuku dimudahkan dalam
menjalankan ibadah umroh. Satu hal yang membuatku takjub ialah, ibuku bisa
makan nasi di sana. Padahal sudah tiga tahun lamanya ibuku tidah makan nasi
lagi karena beliau mengidap diabetes mellitus dan kalau mencoba untuk makan
nasi, pasti ibuku akan muntah-muntah. Sungguh ini merupakan mukjizat dan berkah
dari Tuhan.
Besok
kedua orang tuaku akan kembali ke Tanah Air, yakni tanggal 17 Juli 2013. Tak
sabar rasanya aku ingin menyambut kedatangan mereka. Aku juga tak sabar
mendengarkan kisah-kisah indah yang telah terukir selama menjalankan ibadah
umroh. Terima kasih Tuhan atas anugerah yang telah Kau berikan. Engkau selalu
memberikan apa yang kami butuhkan, bukan yang kami inginkan, karena hanya
Engkau-lah yang tahu apa yang terbaik bagi umat-Nya. Subhanallah…..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar